PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Kebudayaan adalah hal-hal yang bersangkutan dengan akal.
E.B. Tylor (1871):
Kompleks keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat-istiadat dan kemampuan lain serta kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
A.L. KROEBER DAN C. KLUCKHOHN (1952):
1. Keseluruhan pola perilaku dan pola untuk mengatur perilaku
2. Terumus secara jelas maupun yang tidak dinyatakan secara jelas
3. Diperoleh dan dipahami serta diteruskan dengan menggunakan lambang-lambang
4. Merupakan hasil khusus yang hanya mungkin dicapai manusia secara berkelompok
5. Termasuk perwujudannya dalam bentuk benda-benda buatan
Parsudi Suparlan:
Keseluruhan pengetahuan yang dipunyai manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah model-model pengetahuan yang secara selektif dapat digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan yang dihadapi, dan untuk mendorong dan menciptakan tindakan yang diperlukan.
Koentjaraningrat: Keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
WUJUD KEBUDAYAAN:
1. Kompleks gagasan, konsep dan pikiran manusia (sistem budaya) abstrak
2. Kompleks aktivitas /tindakan (sistem sosial) lebih konkrit dapat diamati
3. Hasil karya/ benda (kebud. Fisik) paling konkrit
1. Kompleks gagasan, konsep dan pikiran manusia (sistem budaya) abstrak
2. Kompleks aktivitas /tindakan (sistem sosial) lebih konkrit dapat diamati
3. Hasil karya/ benda (kebud. Fisik) paling konkrit
UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN UNIVERSAL:
1. Bahasa
2. Sistem Pengetahuan
3. Organisasi Sosial
4. Sistem Peralatan Hidup Dan Teknologi
5. Sistem Matapencaharian Hidup Dan Ekonomi
6. Agama
7. Kesenian
Wilayah Kabupaten Banyumas terletak di sebelah Barat
Daya dan bagian dari Propinsi Jawa Tengah. Terletak di antara garis Bujur Timur
108o 39,17,, sampai 109o 27,
15,, dan di antara garis Lintang Selatan 7o 15,05,,
sampai 7o 37,10,, yang berarti berada di
belahan selatan garis khatulistiwa.
Kabupaten
Banyumas Ibukotanya adalah Purwokerto.
BATAS-BATAS KABUPATEN WILAYAH BANYUMAS
Sebelah Utara: Gunung Slamet, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang.
Sebelah Selatan:Kabupaten Cilacap
Sebelah Barat: Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes
Sebelah Timur: Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Banjarnegara
Sebelah Utara: Gunung Slamet, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang.
Sebelah Selatan:Kabupaten Cilacap
Sebelah Barat: Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes
Sebelah Timur: Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Banjarnegara
Kabupaten Banyumas merupakan bagian dari wilayah
budaya Banyumasan, yang
berkembang di bagian barat Jawa Tengah. Bahasa yang dituturkan adalah bahasa Banyumasan,
yakni salah satu dialek bahasa Jawa yang cukup berbeda
dengan dialek standar bahasa
Jawa ("dialek Mataraman"). Masyarakat dari bahasa dan daerah lain
kerap menjuluki "bahasa ngapak" karena ciri khas bunyi /k/ yang
dibaca penuh pada akhir kata (berbeda dengan dialek Mataraman yang dibaca
sebagai glottal stop).
BAHASA NGAPAK MELIPUTI WILAYAH :
Ngapak merupakan dialek bahasa jawa yang biasa digunakan oleh orang jawa di beberapa daerah jawa tengah bagian barat seperti Banyumas, Cilacap, Tegal, Brebes, Purbalingga, Kebumen, Banjarnegara, sebagian daerah di Wonosobo, Pemalang, dan Pekalongan.
TARI BANYUMAS
1. Ebeg adalah jenis tarian rakyat yang berkembang di wilayah Banyumasan. Tarian dari jenis kesenian ini di daerah lain dikenal dengan nama kuda lumping, dan jaran kepang. Ada juga yang menamakannya jathilan (Yogyakarta) dan reog (Jawa Timur). Tarian ini menggunakan ebeg yaitu anyaman bambu yang dibentuk menyerupai kuda berwarna hitam atau putih dan diberi kerincingan. Penarinya mengenakan celana panjang dilapisi kain batik sebatas lutut dan berkacamata hitam, mengenakan mahkota dan sumping ditelinganya. Pada kedua pergelangan tangan dan kaki dipasangi gelang-gelang kerincingan sehingga gerakan tangan dan kaki penari ebeg selalu dibarengi dengan bunyi kerincingan. Penari terdiri dari dua orang berperan sebagai penthul-tembem
(penari topeng yang lebih sering melucu menggoda penonton), seorang berperan sebagai pemimpin atau dalang, 7 orang lagi sebagai penabuh gamelan. Jadi satu grup ebeg dapat beranggotakan 16 orang atau lebih. Semua penari menggunakan alat bantu ebeg, kecuali penthul-tembem. Ebeg termasuk jenis tari massal, pertunjukannya memerlukan tempat yang cukup luas seperti lapangan atau pelataran/halaman rumah. Waktu pertunjukan umumnya siang hari dengan durasi antara 1 – 4 jam. Peralatan untuk gending pengiring yang dipergunakan antara lain kendang, saron, kenong, gong, dan terompet. Selain gendhing dan tarian, ada juga ubarampe (sesaji) yang selalu disediakan berupa: bunga-bungaan, pisang raja dan pisang mas, kelapa muda, jajanan pasar, dan lain-lain. Untuk mengiringi tarian ini selalu digunakan lagu-lagu irama Banyumasan seperti ricik-ricik, gudril, blendrong, lung gadung, eling-eling (cirebonan). Yang unik, disaat saat kerasukan/mendem para pemainnya biasa memakan pecahan kaca (beling) atau barang tajam lainnya, mengupas kelapa dengan gigi, makan padi dari tangkainya, bekatul, bara api, dan lain-lain, sehingga menunjukkan kekuatannya Satria. Demikian pula pemain yang manaiki kuda kepang menggambarkan kegagahan prajurit berkuda dengan segala atraksinya. Biasanya dalam pertunjukan ebeg dilengkapi dengan atraksi barongsai ala Banyumas.
(penari topeng yang lebih sering melucu menggoda penonton), seorang berperan sebagai pemimpin atau dalang, 7 orang lagi sebagai penabuh gamelan. Jadi satu grup ebeg dapat beranggotakan 16 orang atau lebih. Semua penari menggunakan alat bantu ebeg, kecuali penthul-tembem. Ebeg termasuk jenis tari massal, pertunjukannya memerlukan tempat yang cukup luas seperti lapangan atau pelataran/halaman rumah. Waktu pertunjukan umumnya siang hari dengan durasi antara 1 – 4 jam. Peralatan untuk gending pengiring yang dipergunakan antara lain kendang, saron, kenong, gong, dan terompet. Selain gendhing dan tarian, ada juga ubarampe (sesaji) yang selalu disediakan berupa: bunga-bungaan, pisang raja dan pisang mas, kelapa muda, jajanan pasar, dan lain-lain. Untuk mengiringi tarian ini selalu digunakan lagu-lagu irama Banyumasan seperti ricik-ricik, gudril, blendrong, lung gadung, eling-eling (cirebonan). Yang unik, disaat saat kerasukan/mendem para pemainnya biasa memakan pecahan kaca (beling) atau barang tajam lainnya, mengupas kelapa dengan gigi, makan padi dari tangkainya, bekatul, bara api, dan lain-lain, sehingga menunjukkan kekuatannya Satria. Demikian pula pemain yang manaiki kuda kepang menggambarkan kegagahan prajurit berkuda dengan segala atraksinya. Biasanya dalam pertunjukan ebeg dilengkapi dengan atraksi barongsai ala Banyumas.
2. Laisan adalah jenis kesenian yang melekat pada kesenian ebeg. Laisan dilakukan oleh seorang pemain pria yang sedang kesurupan. Badannya ditindih dengan lesung terus dimasukkan ke dalam kurungan, biasanya kurungan ayam. Dalam kurungan itulah Laisan berdandan seperti wanita. Setelah terlebih dulu dimantra-mantara, kurunganpun dibuka, dan munculah pria tersebut dengan mengenakan pakaian wanita lengkap. Laisan muncul di tengah pertunjukan ebeg. Pada pertunjukan ebeg komersial, salah seorang pemain biasanya melakukan thole-thole yaitu menari berkeliling arena sambil membawa tampah untuk mendapatkan sumbangan. Laisan, di wilayah lain biasa disebut sintren
3. Kesenian tradisional lengger-calung tumbuh dan berkembang di wilayah ini. Sesuai namanya, tarian lengger-calung terdiri dari lengger (penari) dan calung (gamelan bambu), gerakan tariannya sangat dinamis dan lincah mengikuti irama calung. Gerakan khas tarian lengger antara lain geyol, gedheg, dan lempar sampur. Dahulu, penari lengger adalah pria yang berdandan seperti wanita, namun kini umumnya ditarikan oleh wanita cantik, sedangkan penari prianya hanyalah sebagai badut pelengkap yang berfungsi untuk memeriahkan suasana. Badut biasanya hadir pada pertengahan pertunjukan. Jumlah penari lengger antara 2 sampai 4 orang, mereka harus berdandan sedemikian rupa sehingga kelihatan sangat menarik, rambut disanggul, leher sampai dada bagian atas biasanya terbuka, sampur atau selendang biasanya dikalungkan dibahu, mengenakan kain/jarit dan stagen. Lengger menari mengikuti irama khas Banyumasan yang lincah dan dinamis dengan didominasi oleh gerakan pinggul sehingga terlihat sangat menggemaskan. Peralatan gamelan calung terdiri dari gambang barung, gambang penerus, dhendhem, kenong dan gong yang semuanya terbuat dari bambu wulung (hitam). Yang tidak terbuat dari bambu hanyalah gendang, seperti gendang pada umumnya. Dalam penyajiannya calung diiringi vokalis yang lebih dikenal sebagai sinden. Satu grup calung minimal memerlukan 7 orang anggota, terdiri dari penabuh gamelan dan penari/lengger.
No comments:
Post a Comment